Eceng Gondong di Danau Toba Meresahkan, Kini Disulap Jadi Kerajinan dan Hasilkan Cuan

DELFMRADIO.co.id – Perkembangan tumbuhan eceng gondok dinilai telah menimbulkan masalah bagi kebersihan Danau Toba. Gulma itu menyebar cepat hingga ke tepi pantai dan berpotensi mencemarkan danau.

Dilansir dari antaranews.com, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), M. Dani menerangkan kalau eceng gondong mempunyai kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga sering disebut sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.

BACA JUGA

Aksi Bersih Sampah Digelar di Pantai Lumban Bul-Bul, Sekarang!

Rasa resah akan pencemaran air itu kini sedikit berkurang. Hal itu dikarenakan Kemenparekraf mengambil satu tindakan pelatihan untuk pengolahan sampah, utamanya eceng gondok.

Kemenparekf tidak bekerja sendirian, tetapi menggandeng Waste Management Spesialist Fei Febri serta Fasilitator Lokal Daud Simanungkalit untuk membina masyarakat destinasi wisata khususnya Desa Wisata Lumban Bul-Bul, Balige, Toba. Sejak bulan September 2022, masyarakat dilatih untuk mengolah menjadi kerajinan yang bisa dijual dan menghasilkan cuan.

Menurut Daud Simanungkalit, sebelum dibuat menjadi kerajinan, eceng gondok yang diambil dari Danau Toba itu dikeringkan lebih dahulu. Barulah dikreasikan menjadi produk-produk baru yang bisa dimanfaatkan lagi.

Melalui pelatihan itu, masyarakat tampak berhasil menghasilkan berbagai produk. Mulai dari hand bag,kotak tisu, hiasan natal berupa gantungan pintu, cermin, jam dinding, tatakan gelas dan masih banyak lagi.

BACA JUGA

Tiga Hari Lagi Piala Dunia Qatar Dimulai, Mana Negara Jagoanmu?

Produk itu sudah dipamerkan pertama kalinya di acara puncak program pelatihan yang dihelat di Pantai Bul-Bul, Kamis (17/11/2022). Masyarakat yang ikut pelatihan tampak bangga memamerkan hasil tangan mereka.

“Tengok kelen dulu ini kubuat sendiri loh,” sebut seorang ibu yang termasuk dalam peserta pelatihan.

Dari keterangan Daud, program pelatihan ini tidak selalu disambut antusias oleh masyarakat. Tapi dia senang, dari jumlah yang sedikit itu ternyata ada masyarakat yang konsisten terus melakukan pengolahan sampah.

“Tapi saya senang karena di sekitaran Lumban Bul-Bul ini, peserta pelatihan di tahun sebelumnya, kita tahu ada yang masih konsisten untuk membuat kerajinan dari eceng gondok ini,” kata dia.

Diketahui, produk hasil kerajinan itu diperjualbelikan jika ada yang ingin membeli. Untuk informasinya, bisa langsung menhubungi Daud Simanungkalit di nomor kontak 0852 6162 7605.

Sampah di Desa Lumban Bul-Bul Berkurang 15%

Management Spesialist Fei Febri, dalam acara puncak program pelatihan pengolahan sampah, mengklaim bahwa sampah di Desa Wisata Lumban Bul-Bul sudah mencapai 15 persen.

“Untuk pemungutan sampah, pendataannya sudah kita lakukan digital khusus di Desa Lumban Bul-Bul. Dari data, pengurangan sampahnya sudah mencapai 15%, organik maupun non-organik,” sebut Fei.

Adapun, kata Fei, hingga kini, total sampah yang terkumpul dari kawasan wisata Lumban Bul-Bul mencapai angka 2,5 ton per bulan. Klaim Fei, angka itu sudah berkurang 15 persen dari total sampah sebelum adanya pelatihan dan edukasi.

Ia berharap angka itu bisa terus meningkat hingga mencapai target 50 persen. Mengingat antusiasme masyarakat sudah mulai memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Diketahui, Desa Wisata Lumban Bul-Bul kini juga sudah memiliki Unit Pengelolaan Sampah (UPS) yang menurut Fei, belakangan ini sudah mulai aktif. Hal itu didukung oleh pemerintah yang juga sudah menyediakan beberapa fasilitas berupa kendaraan sampah roda tiga serta tempat pengelolaan sampah organik.

“Semoga program ini bisa terus berkelanjutan dan membawa dampak peningkatan ekonomi khususnya bagi masyarakat Desa Wisata Lumban Bul-Bul dengan adanya peningkatan wisata ke sini, horas,” tutup Fei. (RMN)

Leave a Comment.