Ulos Ragi Huting Tobatenun Raih Juara 2 Dekranas Award 2023
Konsistensi Tobatenun untuk merevitalisasi kain ulos Batak mulai mendapat banyak apresiasi. Bulan September lalu, Kain Ulos Ragi Huting Tobatenun mendapat predikat juara 2 nominasi Karya Kriya Terbaik Indonesia kategori Kain.
Melvi Tampubolon, COO Tobatenun, menyampaikan kabar baik itu pada perayaan Hari Ulos oleh Tobatenun bersama Partonun (penenun) di Desa Meat, Kabupaten Toba (20/10/2023). Melvi menerangkan, salah satu daya tarik paling khas dari Ulos Ragi Huting yang mereka ajukan terlihat dari perpaduan warna kain yang sangat menarik.
“Tobatenun mendapat undangan untuk mengikutlombakan kainnnya pada Dekranas Award. Ternyata Tobatenun juara 2, mudah-mudahan tahun depan bisa ikut lagi dan juara 1. Itu Ragi Huting dari Meat, Ragi Huting yang kami ikutkan ini warnanya memang agak berbeda,” sebut Melvi dalam sambutannya.
Baca juga | BPODT Buka Suara Terkait Kartu Kuning UNESCO Global Geopark untuk Danau Toba
Menurut Melvi, sebenarnya mereka mengikutsertakan beberapa kain pada Dekranas Award 2023. Mulai dari kain tradisional, revitalisasi, kontemporer hingga kain kreasi.
Kain-kain itu, menurut dia, adalah hasil tenunan terbaik dari para mitra Tobatenun se-Sumatera Utara yang tenunannya rapi dan memiliki kerapatan benang yang sangat baik.
“Puji Tuhan, ternyata saat pameran di Dekranas Award di JCC Senayan Jakarta itu, tenun Ragi Huting asal Desa Meat itu paling menarik minat,” terangnya.
Sebagai informasi, kain Ragi Huting merupakan kain tradisional Batak yang sudah sangat jarang terlihat. Padahal dulu, sejak zaman penjajahan Belanda, anak perempuan (gadis-gadis) harus memakai Ulos Ragi Huting sebagai pakaian sehari-hari. Mereka melilitkannya di dada (Hobahoba) sebagai tanda bahwa yang bersangkutan adalah seorang perempuan (gadis perawan) batak Toba yang ber-adat.
Syukurlah, Tobatenun kini sudah berhasil melakukan revitalisasi kain Ragi Huting yang mulai langka tersebut. Adapun pengerjaan revitalisasi kain Ragi Huting memakan waktu kurang lebih satu bulan saja. Namun itu belum termasuk proses riset lapangan yang memakan waktu lebih lama.
(RMN)