Tanggapan Warga Toba Tentang Larangan Impor Monza
Kabar larangan impor monza dari pemerintah mendapat ragam tanggapan dari masyarakat Kabupaten Toba, ada yang pro dan kontra. Sebagian pedagang menolak keras aturan tersebut, namun sebagian lainnya pasrah mengikuti langkah kebijakan dari pemerintah melalui Kementerian Perdagangan itu.
Adalah seorang pedagang monza di Kabupaten Toba namanya Pargadean Simanjuntak. Ia mengaku sudah berjualan monza selama 15 tahun lamanya.
Menanggapi kabar itu, ia lugas menolak kebijakan tersebut karena akan memotong sumber pendapatannya. Ia meminta pemerintah tidak tebang pilih dalam mengambil kebijakan.
“Yah, kita mau berbuat apa. Tapi kita ini kan jualan kita bukan cari keributan, kalau memang soal ekonomi ya selesaikan semua masalahnya dari akar jangan cuma batangnya aja kayak kami-kami ini,” tegasnya.
Baca juga: Coklit 100 Persen, KPU Toba Dapat Penghargaan Tercepat
Menurut dia, solusi untuk menangani persoalan ekonomi harusnya bukan dengan melakukan pelarangan impor monza saja, tapi juga sektor lain yang lebih membahayakan. Seperti misalnya, tukas Pargadean, barang ilegal miras hingga narkoba yang kian merajalela dan menyengsarakan rakyat.
Dengan emosi, ia mengibaratkan pemerintah sebagai perampok terjadi penutupan dagangan monza secara sepihak. Menurutnya, pemerintah tidak bijak, mengingat dirinya juga sudah mengeluarkan modal.
“Tolonglah perhatikan kesejahteraan kami,” kata dia sembari menjajakan monza di Pasar Laguboti, Senin (20/3/2023)
Pedagang monza lainnya, Desi Silalahi, justru terlihat lebih pasrah mendengar kebijakan itu. Perempuan yang sudah menekuni usaha monza selama 5 tahun ini memilih patuh terhadap pemerintah.
“Ya sebenarnya susah juga, tapi kalau sudah kebijakan ya sudah kita pasrah aja. Paling pindah haluan. Ya kita patuh aja,” katanya.
Baca juga: UMKM Toba Ramekan Ujian Akademik PSB SMA Unggul Del di IT Del
murah tapi branded…
Masyarakat cenderung tertarik untuk membeli berbagai pakaian bekas di monza karena berkualitas bagus dan harganya juga murah. Namun di balik murahnya harga monza, Jesika sebagai peminat monza mengaku sering mendapatkan barang-barang branded dari tumpukan-tumpukan kain itu.
“Monza itu murah dan branded,” kata Jesika saat membeli monza di Pasar Laguboti.
Jesika mengaku sering membeli monza untuk kebutuhannya sehari-hari. Beberapa kali ia merasa puas memakai monza pilihannya entah itu jaket, dress, maupun kemeja
“Ini kita pakai untuk sehari-hari kak. Seperti jaket ini dipakai juga kalau mau pergi sekolah,” kata jesika.
Menanggapi kebijakan larangan impor monza, Jesika tidak berharap hal itu terjadi karena ia merasa kurang mampu untuk membeli pakaian baru. Meski begitu ia menyampaikan akan mencari alternatif belanja online jika monza tidak lagi jadi pilihan.
Senada dengan Jesika, pembeli bermarga Simanjuntak juga berharap kebijakan itu tidak akan terlaksana. Pasalnya, monza sangat membantunya dalam memenuhi kebutuhan sandang, baik untuk dirinya maupun anaknya.
“Ini burjer singkatan Buruk-Buruk jerman (sebutan lain monza di Batak) sangat menolong orang-orang lemah. Udah dari dulu, anak-anak, bapak-bapak, semua terbantu kali dengan monza ini,” kata dia.
(RMN)