Gandeng NatGeo Untuk Promosi Pariwisata, Dirut BPODT: Buat Konten Sesuai Konteks

DELFMRADIO.co.id – Puluhan orang dari sejumlah komunitas dan instansi terkait berkumpul di The Kaldera Toba Nomadic Escape pada Senin, 6 Desember 2022. Bukan sembarang kumpul, orang-orang itu ternyata tengah berdiskusi untuk membuat karya promosi pariwisata Danau Toba.

Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Jimmy Bernando Panjaitan dalam Forum Grup Discussion (FGD) itu mengatakan bahwa kebudayaan itu perlu dilestarikan dengan cara menghidupkannya kembali. Caranya tentu saja perlu dilakukan penyesuaian dengan konteks kekinian.

“Kalau menurut saya, kebudayaan itu dilestarikan bukan dengan memasukkan ke museum. Tapi dengan cara menghidupkannya kembali tentunya dengan penyesuaian ini dan itu,” ujarnya.

Potensi besar pariwisata yang dimiliki Danau Toba, umbar Jimmy, perlu dikemas dengan konten menarik untuk menarik wisatawan. Namun ia juga menegaskan, konten perlu disesuaikan dengan konteks tentunya agar tidak kehilangan jati diri.

“Narasi menarik itu yang ingin kita gali dari pertemuan ini dari para rekan-rekan komunitas agar nanti dibantu tim National Geography (NatGeo) kita bisa sama-sama membuat konten yang disesuaikan dengan konteks untuk perkembangan pariwisata Danau Toba,” sebut dia lagi.

BACA JUGA

Kerjasama Relai Siaran, Del FM Tandatangani MoU Dengan RRI Sibolga

Menurut Jimmy, banyak kekayaaan endemik di kawasan Danau Toba yang betul-betul perlu dihidupkan kembali. Definisi dihidupkan kembali, kata dia, bukan saja untuk pertunjukan tetapi terasa dalam kehidupan sehari-hari.

“Jangan worry, tentang budaya kita entah manortor, Ihan Batak hingga permainan tradisional. Itu semua dikonservasi bukan sekedar untuk pertunjukan tetapi dalam kehidupan sehari,” paparnya dihadapan semua peserta FGD.

FGD bertema Trails of The Kings yang dihelat sejak pagi pukul 09.00 wib hingga malam hari tersebut berjalan seru. Hal itu karena peserta FGD terasa memiliki visi yang sama untuk membangun pariwisata di Danau Toba tanpa merusak keberadaan Danau Toba itu sendiri.

Perlu diketahui, BPODT memang tengah menggadang sebuah proyek promosi pariwisata bersama NatGeo. Sebelum proyek itu dimulai bulan Maret mendatang, NatGeo sebagai eksekutor akan mengumpulkan narasi-narasi menarik dari Danau Toba untuk menentukan alur cerita nantinya.

Didi Kasim, Pimpinan Redaksi NatGeo Indonesia, mengutarakan narasi tentang Toba di kalangan luar belum begitu banyak. Padahal, dari cerita-cerita komunitas saat FGD itu, ia dan tim ternyata mendengar banyak narasi menarik.

“Kita harus sadar, kalau tradisi tidak beradaptasi, ya hilang. Mau pilih hilang atau beradaptasi, kuncinya adalah kolaborasi,” sebut Didi.

Ia berharap produk kreatif yang dihasilkan akan berdampak baik ke masyarakat Toba. Salah satunya adalah peningkatan ekonomi dari pariwisata.

BACA JUGA

Siswa SUD Peraih Medali OSN 2022, Jonathan Sihaloho: Lawan Terberat Berasal dari Jawa

Menjawab kekhawatiran dengan masuknya orang luar dan perubahan ke Toba, Didi tegas mengatakan tidak ingin mengubah tradisi dengan esensinya, tapi memanfaatkannya agar menghasilkan uang.

“Apa yang kita lakukan hari ini, karena kita sudah belajar dari banyak daerah, mungkin tidak akan menjawab pertanyaan hari ini tapi dampaknya nanti, itu kan prinsip eco-wisata,” jelas Didi.

Eko wisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Prinsip ekowisata merupakan berbagai prinsip yang mengatur untuk menyatukan konservasi lingkungan hidup, pengembangan masyarakat dan wisata yang berkelanjutan, berjalan seiringan.

Didi pun berharap produk promosi yang nantinya akan dirilis mampu menarik minat wisatawan berkelas di Danau Toba. Karena itu ia terus mengingatkan agar para pelaku wisata siap dengan hal itu.

“Jangan nanti udah tinggi kunjungan orang jera, dan nggak mau balik lagi hanya karena kita nggak siap memberikan pelayanan terbaik,” tegasnya.

Sebagai penutup, NatGeo mengajak peserta menandatangani nota kesepakatan untuk komitmen, konsisten dan rekomendasi untuk pengembangan Toba. Dengan adanya kesepakatan, Didi berharap komunitas akan mau berkolaborasi demi pariwisata yang berkelanjutan.

Menutup FGD di malam hari, peserta disuguhkan dengan makan malam dengan lauk khas Toba yaitu arsik. Makin lengkap lagi, dihidangkan pula durian hingga tuak di tengah cuaca malam yang dingin.

Turut hadir Annette Horschman (Pegiat Tracking Samosir), Andre Aritonang (Indonesia Creative City Network), Yudha Pohan (Komunitas Kayak), Arjuna Bakkara (Anak Tao), Rasid Pardede (Spearfishing Danau Toba), Ando Sipayung (Pondok Kreatif Parapat), Hendri Lumbanraja (Ikatan Sepeda Seluruh Indonesia), Ramlan Tampubolon (Komunitas UKM Sirpangan Bolon), Daniel Ompusunggu (Jabu Sihol).

Lainnya, Martha Hutapea (Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia), Heryober Sidabutar (Pea Parm House), Resta Napitupulu dan Riki. M. Eikal (Del FM Radio).

(RMN)

Leave a Comment.