Cerita Tentang Sarune, Dimainkan Untuk Melepas Lelah

DELFMRADIO.co.id – Sarune (Bahasa Batak) atau Serunai merupakan alat musik tiup tradisional berlidah ganda khas Batak. Tak hanya Toba,  Sarune ada hampir di seluruh sub etnis di sumatera utara seperti Toba, Simalungun, Karo, Pak Pak, Angkola dan Mandailing.

Sarune terbuat dari kayu yang biasanya dikenal dengan nama kayu junjung bukit atau sejenis kayu Meranti. Jenis kayu ini biasanya ditemukan tumbuh di hutan yang lebat.

Menurut Atur P. Solin, pengrajin Sarune, dulunya sarune dimainkan oleh anak-perana  atau pemuda di pantar-pantar. Semacam gubuk yang berada di ladang untuk tempat berteduh para petani di sela-sela pekerjaannya.

“Jadi, sarune akan dimainkan untuk menghibur diri sambil melepas lelah ketika beristirahat disela-sela kesibukan bekerja,” kata Atur.

BACA JUGA

Berhematlah! Pertamina Mencatat Nomor Polisi Kendaraan Setiap Pembelian BBM

Pemakaian sarune, kata Atur, mulai berkembang pada awal abad ke 20. Hal itu dimulai setelah sarune diikutsertakan sebagai alat musik melodis untuk ensambel genderang si sibah, genderang sidua-dua, hingga ensambel gerantung.

“ Tapi pemakaian sarune dalam ensamble lambat laun mulai berkurang, hingga tidak lagi digunakan dalam ensambel,” sesalnya.

Alasannya karena pembuatan sarune sebenarnya begitu sulit. Alih-alih sembarangan, pembuatan sarune harus disertai dengan beberapa ritual, ditambah dengan pemainnya juga makin berkurang hingga tidak ada regenerasi lagi.

Lanjut Mardi Boangmanalu, pembuat sekaligus pemain sarune, terdapat beberapa syarat dan ketentuan dalam pembuatan sarune. Tujuannya biar sarune bisa menghasilkan bunyi yang diinginkan dan memenuhi syarat untuk digunakan pada upacara adat.

Untuk menghasilkan bunyi musikal yang diharapkan, biasanya sarune dibuat sendiri oleh pemainnya. Tentu saja disesuaikan dengan rasa, keahlian, dan kebiasaan si pemain.

“Syarat itu harus dilakukan tepat agar nilai magisnya terjaga dengan baik. Secara tradisi itu sangat penting dilakukan karena suara yang dihasilkan sarune adalah gambaran dari pemiliknya,” kata Mardi.

BACA JUGA

Erick Thohir Ditunjuk Jadi Ketum PSSI, Jokowi: Lakukan Reformasi Total!

Adapun beberapa tahapan berkaitan dengan aspek ritual yang lazim dijalankan dalam proses awal pembuatan sarune. Yakni pemilihan kayu sebagai bahan utama, pembuatan sarune, dan proses menghasilkan bunyi.

Kayu yang dipilih adalah kayu yang bahan dasarnya memiliki karakter kuat dan keras, sekaligus ringan. Kayu demikian dianggap dapat membawa berkat dan umur yang panjang bagi pemilik atau pemainnya.

“Jadi sebelum dibuat, kayu tersebut terlebihdahulu direndam selama tiga bulan,” terangnya.

Kemudian, setelah fase perendaman selesai, kayu akan dipangkas hingga tersisa bagian yang disebut sebagai  satu hati kayu dua. Hati kayu itulah yangkemudian di bor dan dibubut untuk membentuk lobang dengan diameter sekitar 3 cm.

Setelah tercipta rongga, selanjutnya adalah tahap membuat lubang-lubang nada, yakni 4 lubang dibagian muka-atas sebagai internal nada. Disusul lubang di bawah sebagai syarat terciptanya suara khas dari sarune. (Danny/ RMN)

Leave a Comment.