Berlangsung Dua Bulan, Workshop Ekonomi Kreatif di Kawasan Danau Toba Resmi Ditutup
Workshop Ekonomi Kreatif Kriya Berbasis Daur Ulang yang digelar oleh Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) bekerjasama dengan HKBP resmi ditutup. Penutupan tersebut berlangsung di Perkampungan Pemuda, Jetun Silangit pada Rabu 6 Oktober 2021 dan dihadiri langsung oleh Ephorus HKBP Pdt Dr. Robinson Butarbutar didampingi pimpinan HKBP lainnya, Jajaran BPODT, serta peserta Workshop Ekonomi Kreatif.
Direktur Utama BPODT Jimmy Bernardo Simanjuntak yang diwakili oleh Kepala Divisi Komunikasi Publik BPODT Mosanda Tampubolon menerangkan bahwa pelatihan atau workshop ini merupakan program BPODT dalam rangka mendukung konsep 3G yang dicanangkan oleh Kemenparekraf. Konsep 3G yang dimaksudkan adalah Gercep atau gerak cepat, Geber atau gerak bersama, serta Gaspol atau garap semua potensi lapangan kerja.
Menurut Mosanda, ada 25 pemuda-pemudi dari 9 distrik HKBP di kawasan Danau Toba yang terlibat dalam pelatihan ini. Di tangan seorang instruktur bernama Sabam Siahaan, para pemuda/i dilatih untuk mengolah kayu yang tak berguna menjadi karya tangan bernilai tinggi.
Workshop Pengembangan Ekonomi Kreatif Kriya Berbasis Daur Ulang ini, jelas Mosanda, telah berhasil mencetak kreativitas dan inovasi bagi peserta di bidang daur ulang. Mereka telah berhasil menciptakan beberapa lampu hias, lampu pojok, lampu gantung, lampu tidur, meja hias, bola hias, cermin, salib, dan lain-lain.
Baca juga : Targetkan Nol Sampah, Desa Wisata Lumban Bulbul Gelar Aksi Bersih Pantai Dan Pelatihan Pemilahan Sampah
Lebih lanjut, Mosanda mengatakan pelatihan ini diharapkan bisa menjadi stimulan bagi pemuda/i untuk bergerak memanfaatkan kayu limbah hutan, kayu ingul, kayu jior, pinus dan barang bekas lainnya secara kreatif untuk menghasilkan uang. Dengan begitu, ekonomi di sekitaran kawasan Danau Toba diharapkan akan mengalami peningkatan.
“Pelatihan ini hanya contoh. Kita berharap lebih dari ini, anak-anak muda di Kawasan Danau Toba akan terinspirasi untuk mengolah benda-benda tak berguna di sekitar mereka yang nantinya bisa dijual dan bisa meningkatkan pendapatan ekonomis masyarakat di sekitaran Danau Toba ini,” tuturnya.
Sejalan dengan harapan itu, peserta workshop yang diwakili oleh Rapindo Sitorus dan Saputra Hutagalung juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas ilmu yang diberikan kepada mereka. Kami, kata Saputra, yang awalnya berpikir bahwa kayu yang disediakan hanyalah kayu busuk semata, mulai paham bahwa jika diolah secara kreatif, barang yang tak berguna itu bisa jadi memiliki nilai mutu tinggi.
Peserta workshop yang menamakan dirinya Marsada Ekraf 21 HKBP ini juga merasa senang karena selain ilmu seni mereka juga dididik untuk memiliki rasa kekeluargaan. Keduanya pun sepakat akan terus semangat untuk melatih diri agar kelak bisa menjadi pengusaha sukses dan bisa berkontribusi untuk peningkatan ekonomi di kawasan Danau Toba. (RMN)