Atasi Masalah Sampah di Desa Hariara Pohan, GoTo Luncurkan Proyek Samosir Mallatam

tim kolaborasi Samosir Mallatam

DELFMRADIO.CO.ID

Desa Hariara Pohan di Kabupaten Samosir, berhasil mendapatkan pendanaan dari GoTo Impact Foundation (GIF) untuk mengerjakan proyek bertajuk Samosir Mallatam. Proyek ini bertujuan untuk mengelola sampah dan mengolah pangan lokal, agar memberikan manfaat ekonomi khususnya bagi masyarakat setempat.

Masyarakat mengenal Desa Hariara Pohan sebagai salah desa yang memiliki banyak potensi destinasi pariwisata seperti halnya Bukit Holbung, Air Terjun Efrata, dan Bukit Sibea-bea. Mengingat tingginya potensi kunjungan wisatawan, pihak desa harus serius menanggapi persoalan tentang sampah. Kalau tidak, keindahan destinasi wisata tersebut hanya akan menjadi cerita tak bertuan.

Kepala Desa Hariara Pohan, Sampe Gunawan Sihotang, mengaminkan hal itu. Ia menyadari bahwa pariwisata perlu terus diupayakan agar berdampak bagi kenaikan perekonomian.

Sampe bertutur, pengembangan pariwisata berhasil mengubah pandangan bahwa sumber penghasilan bukan hanya pertanian. Kata Sampe, masyarakat dulunya mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, kini sepertiganya sudah berasal dari bagian pariwisata, seperti UMKM.

“Adanya BUMDES perlahan mengubah pola pikir kami, kalau penghasilan itu tidak hanya dari pertanian dan pertanian saja. Karena memang dari dulu yang kami tau hanya bertani. Tapi sekarang, sepertiga masyarakat itu udah punya penghasilan sebagai pelaku UMKM,” sebutnya dalam acara peluncuran Samosir Mallatam di Marianna Resort & Convention, Rabu, 24 Januari 2024.

Pada kesempatan sama, Head of Programs and Parternship GIF, Nadia Hanim Binti Abdul Latif mengapresiasi komitmen masyarakat untuk menampilkan yang terbaik bagi wisatawan. Ia mengaku terinspirasi dari komunitas masyarakat yang berkumpul untuk mempertahankan kearifan lokal di Desa Hariara Pohan.

Nadia meyakini, sebuah program berkelanjutan seperti Samosir Mallatam hanya mungkin berjalan jika masyarakat punya rasa kepemilikan sekaligus tanggung jawab. Menurutnya, program tersebut tidak akan berjalan tanpa adanya kolaborasi dan gotong royong dari semua pihak.

“Ketika mencetuskan program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) ini, kita melihat banyak inspirasi yang muncul di Indonesia terkait inovasi, local wisdom maupun local government. Tapi cenderung intervensinya berjalan masing-masing. Tapi masalah yang kita lihat, itu justru adalah kurangnya kerja sama dan kolaborasi,” tutur Nadia.

Apa itu CCE?

Catalyst Changemakers Ecosystem atau CCE adalah sebuah ekosistem yang menyatukan startup, organisasi masyarakat sipil (CSO), dan pembuat dampak lainnya untuk mengatasi masalah iklim. CCE berfungsi sebagai katalis untuk mengakselerasi dampak yang berkelanjutan dalam skala yang lebih besar di Indonesia.

Adapun CCE gelombang kedua ini sudah berlangsung sejak Maret 2023 ini. CCE menggabungkan 50 changemakers (pembawa perubahan), terdiri dari organisasi masyarakat sipil yang dekat dengan masalah di lapangan serta startup sebagai pembuat model bisnis sekaligus penyedia teknologi.

Para changemakers kemudian masuk ke dalam CCE Lab untuk mendapatkan pengembangan kapasitas dan berkolaborasi membentuk konsorsium untuk menyusun solusi inovatif. Dari 16 solusi yang tercipta, tiga solusi terpilih untuk diimplementasikan melalui proyek percontohan.

Melalui seleksi ketat, proyek Samosir Mallatam dari Desa Hariara Pohan akhirnya berhasil masuk dalam daftar proyek percontohan tersebut. Kurun waktu setahun, Samosir Mallatam akan mulai berjalan menyesuaikan dengan rencana pelaksanaan untuk mencapai tujuan.

Mengenai jumlah anggaran, Nadia enggan membeberkan jumlah dana yang pihaknya kucurkan agar Samosir Mallatam ini berjalan maksimal. Namun dengan evaluasi, pengawasan serta komitmen bersama, Nadia berharap proyek di Danau Toba bisa menjadi contoh bagi proyek-proyek lainnya.

Samosir Mallatam

hasil produk pengelolaan sampah, Samosir Mallatam

Dalam bahasa batak, Mallatam menggambarkan suara yang menggema. Dari nama tersebut, pihak penyelenggara berharap proyek ini bergema dan menjadi contoh bagi daerah lainnya.

Laurence Ricardo P. Simanjorang, selaku Ketua Samosir Mallatam optimis, kurun waktu satu tahun, proyek ini akan memberikan dampak nyata. Setidaknya akan terjadi peningkatan kesadaran masyarakat tentang sampah, ekonomi naik, jumlah sampah terkelola naik, serta potensi limbah dari bahan pangan turun.

Hingga 2025, konsorsium Samosir Mallatam menargetkan sebanyak 80% jumlah sampah anorganik terangkut dan akan terkelola sebesar 100% dari total yang terangkut. Target lainnya, pengurangan potensi susut pangan pisang singali-ngali saat musim panen dengan total sebesar 2 ton. 

Lebih rinci, Laurance membeberkan tiga solusi utama dalam pencapaian target:

1. Pembangunan TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle)

Laurence menerangkan, akan ada pembangunan TPS3R di Desa Hariara Pohan yang terintegrasi. Mulai dari pengangkutan, pemilahan, hingga pengelolaan sampah anorganik dan residu.

Adapun sampah yang akan dikelola itu berasal dari empat desa, seperti Hariara Pohan, Siparmahan,Sampur Toba, hingga Dolok Raja. Turut serta sampah yang berasal dari destinasi pariwisata Bukit Holbung, Air Terjun Efrata, dan Bukit Sibea-bea. 

2. Pembangunan Sopo Pangan

Sopo Pangan akan menjadi tempat pengolahan komoditas pangan lokal yang berpotensi terbuang, seperti pisang singali-ngali. Laurance merasa, pangan lokal itu sebenarnya bisa menjadi produk bernilai ekonomi, namun banyak keterbatasan.

Di tempat itulah, masyarakat akan terlibat untuk melakukan inovasi dengan pangan lokal yang biasanya terbuang secara cuma-cuma. Dengan begitu, akan terjadi peningkatan pendapatan bagi pemilik lahan, mengurangi potensi food loss (susut pangan), serta mendorong agrowisata. 

3. Pendampingan pelatihan

Pelatihan adalah untuk memastikan solusi inovatif bagi kelompok masyarakat pengelola desa wisata. Pelatihan akan menyangkut hal manajemen hasil pangan, pengelolaan makanan, pelatihan pemasaran, pemasaran digital, keuangan, penyortiran hasil panen, pelatihan operasional TPS3R termasuk penggunaan mesin.

(RMN)

Comments.

Leave a Comment.