Anak Muda Perlu Paham Ini, Cara Deteksi Kanker Pada Anak Sejak Dini!
Sebutan penyakit kanker menjadi salah satu penyakit mematikan pasti sudah familiar diketahui. Namun faktanya, pemahaman itu belum serta merta membuat masyarakat aware untuk melakukan pencegahan sejak dini.
Menurut Konsultan Hematologi- Onkologi Anak, dr. Anak Agung Ngurah Ketut Putra Widnyana, Sp.A (K), sudah tujuh tahun lebih dia menangani kasus kanker anak. Ia masih sering menemukan kondisi pasien yang datang berobat sudah berada di stadium tinggi.
“Kasus paling banyak ditangani adalah Leukemia (Kanker Darah) dan Retinoblastoma (Kanker Mata). Dan biasanya pasien datang itu, sudah tingkat yang parah dengan stadium tinggi. Sudah dengan pucatnya berat, panasnya lama bahkan sampe infeksi baru datang,” tukasnya usai memberikan edukasi tentang kanker pada Anak di Institut Teknologi Del pada Selasa (7/3/2023).
Baca juga: HUT Toba Ke-24, Bersama Kita Wujudkan Kabupaten Toba Unggul dan Bersinar!
Kejadian itu sangat disayangkan, padahal menurut dokter yang akrap dipanggil Wid Nga Ne ini ada beberapa deteksi dini yang bisa dilakukan agar pasien bisa ditangani lebih awal. Dengan demikian peluang pasien untuk sembuh juga bisa lebih besar.
“Kalau sudah parah angka kemungkinan hidupnya juga lebih kecil. Jadi kita, bersama Yayasan Anyo Indonesia (YAI) dan IT Del merasa bahwa pendidikan tentang cara mendeteksi dini kanker pada anak itu penting. Karena dengan melakukan deteksi kanker sejak dini maka pengobatan bisa lebih bagus, dengan begitu mungkin kesembuhan bisa lebih meningkat,”ujarnya.
Wid Nga Ne menjelaskan contoh deteksi dini yang bisa dilakukan pada penyakit Leukimia misalnya. Menurutnya ada gejala menonjol yang bisa dilihat pada pasien seperti wajah pucat, lemah, nafsu makan menurun, demam, kejang, hingga nyeri tulang. Sementara untuk mendeteksi Retinoblastoma, bisa dilihat dari adanya mata kucing, pembesaran bola mata, peradangan jaringan bola mata, hingga penglihatan buta pada pasien.
“Jika gelaja umum itu terjadi pada anak, segeralah bawa ke pelayanan kesehatan untuk diperiksa. Lebih cepat diketahui akan lebih baik untuk ditangani,” ungkapnya.
Kurangnya kesadaran tentang deteksi dini tersebut, membuat Wid Nga Ne tergerak untuk melakukan sosialisasi dan edukasi utamanya kepada orang dewasa agar semakin peka dan aktif melakukan deteksi dini. Kampanye itu sejalan dengan kampanye yang dilakukan pada peringatan Hari Kanker Anak Sedunia pada 15 Februari 2023 lalu, yaitu Better Survival is achievable #ThroughTheirHands.
Dijelaskannya, kanker anak itu merupakan suatu kelainan dari sel normal yang tidak merupakan penyakit keturunan. Penyakit ini biasanya berkembang akibat adanya stimulasi dari hal-hal yang tidak sehat, seperti radiasi, makanan tidak sehat, obat-obatan dan sebagainya.
“Lagi-lagi orang dewasa perlu memperhatikan kebiasaan anak-anak, termasuk apa yang dimakannya, kebiasaan bermain gadget atau bermain terlalu lama di bawah matahari juga nggak baik,” terangnya.
Untuk diketahui, kategori kanker anak itu adalah kanker yang mengenai anak di bawah umur 18 tahun. Jadi kriteria batas pasien anak dan dewasa adalah 18 tahun.
Menurut Wid Nga Ne, angka kematian kanker pada anak di Indonesia angkanya terbilang tinggi, mencapai 30-40 persen. Jadi ia mengimbau semua pihak untuk lebih peduli, mengingat anak-anak biasanya belum tahu cara mengkomunikasikan apa yang dialaminya.
Menurut Wid Nga Ne, orang-orang dewasa di sekitarnya bukan hanya menyangkut orang tuanya, tapi termasuk orang-orang muda disekitar anak. Siapa saja, kata dia, bisa menjadi duta untuk menyampaikan isu deteksi dini kanker anak.
“Kalau anak-anak, apalagi usia 1-5 tahun kan belum bisa dinasehati. Jadi orang-orang dewasa di sekitar anak-anak itulah, bukan cuma orang tuanya, tapi mungkin kakak, saudara atau orang dewasa lainnya yang bisa membantu menyampaikan kabar tentang deteksi sejak dini ini,” pesannya.
Ratusan Warga Toba Ikut Sosialisasi
Animo masyarakat dengan adanya edukasi tentang Kanker pada anak ini ternyata diluar dugaan panitia penyelenggara. Hal itu diutarakan oleh Sekretaris Parompuan Saroha IT Del Silvia Yulianti,
Panitia merasa terharu karena peserta yang ikut sosialisasi dan edukasi bisa mencapai 250 orang. Bahkan tidak hanya hadir, para peserta juga aktif bertanya untuk mengetahui materi dengan lebih jelas.
“Jadi kita mengutamakan sosialisasi ini bisa diterima oleh orang-orang dewasa. Ternyata kita dibuat kaget, ada juga anak-anak SMP sekitar 16 orang yang hadir. Ini total pesertanya ada sekitar 250 orang yang terregistrasi, diluar itu ada yang tidak melewati meja registrasi,” kata dia.
Silvia menjelaskan niat awal kegiatan ini sebenarnya muncul dari Yayasan Anyo Indonesia (YAI). Namun pihak YAI kemudian mengajak IT Del melalui Parompuan Saroha (komunitas berisikan istri-istri dosen IT Del) untuk berkolaborasi.
“Jadi kita memang PS itu dibentuk oleh dorongan Pembina Yayasan Del, Ibu Devi Simatupang. Ini kegiatan kedua, pertama itu adalah sosialisasi kanker serviks. Kita bersyukur, untuk kegiatan kedua ini pesertanya jauh lebih banyak dibandingkan yang pertama, ya mungkin juga karena ini kita sudah lakukan pendekatan-pendekatan langsung,” terangnya.
Baca juga: Ingatkan Aparat Negara Layani Masyarakat dengan Baik, Presiden: Jangan Pamer!
Sementara itu, Ketua Yayasan Anyo Indonesia (YAI) Pinta Manullang juga mengaku kaget melihat antusias peserta yang datang. Ia bahkan mengaku dari sekian banyak sosialisasi dan edukasi yang pernah dilakukannya di seluruh Indonesia, di Toba inilah pihaknya mendapati banyak pertanyaan dari warga.
“Kita kaget juga dengan partisipasi peserta yang begitu tinggi untuk tahu tentang cara deteksi dini cegah kanker pada anak,” sebutnya.
Sebagai sebuah lembaga yang fokus membantu orangtua maupun anak-anak penderita kanker, YAI diketahui aktif melakukan kegiatan edukasi bagi masyarakat awam agar menemukan deteksi dini sejak awal. Pihaknya juga aktif mengkampanyekan seruan 20% to 60% in 2030 yang juga disuarakan oleh Badan Kesehatan Dunia atau biasa dikenal dengan WHO.
“Jadi WHO memberikan tantangan bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Kampanye 20% to 60% in 2030 itu mempunya sebuah tujuan global agar angka harapan hidup anak-anak yang terkena kanker bisa meningkat dari 20% bisa mencapai 60% di tahun 2030,” katanya. (RMN)