3 Strategi Menko Luhut Atasi Polusi Udara
DELFMRADIO.CO.ID – Toba
Presiden RI Jokowi tunjuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan untuk memimpin penanganan polusi udara Jakarta.
Usai penunjukan tersebut, Menko Luhut kemudian mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi climate change dan polusi udara yang kian hari kian parah. Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meramalkan bulan ini sama sekali tidak akan ada hujan, paling tidak di Jakarta.
Baca juga | 20 Sekolah Terbaik di Indonesia Tahun 2022, Ada SMA Unggul Del
Mengantisipasi kondisi memburuk, Menko Marves menyampaikan perlu adanya langkah terpadu yang perlu segera diambil. Ia menyebut caranya adalah jangan deforestasi, penanganan lahan kritis, dan sampah.
“Kita akan ambil semua langkah yang terpadu untuk mengurangi (polusi),” ujar Menko Luhut, melansir dari laman maritim.go.id.
Cek, rincian penjelasan Menko Luhut untuk atasi polusi udara:
1. Jangan Deforestasi/ Potong Pohon
“Karena perubahan cuaca itu besar, ini adalah musuh kita ramai-ramai. Mungkin kalau bahasa kerennya itu war against pollution atau perperangan melawan polusi. Jangan ada motong-motong pohon atau deforestasi lagi,” ucap Menko Luhut.
2. Tangani Lahan Kritis
Menko Marves mengimbau pengerjaan rehabilitasi hutan dan lahan secara vegetatif dan sipil teknis, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan.
Pemerintah juga turut mendukung program global AZ Forest yang akan mengambil langkah penanaman 50 juta pohon di seluruh dunia. Menurut Menko Luhut, hampir setengahnya yaitu sekitar 20 juta pohon akan ditanam di Indonesia.
Menko Luhut berharap, program AZ Forest dapat memastikan perawatan dan pertumbuhan berkelanjutan dari penanaman pohon-pohon tersebut. Menurutnya, perlu ada upaya untuk mekanisme pemantauan untuk melacak perkembangan dan menjamin kesuksesan upaya rehabilitasi.
Rehabilitasi lahan kritis, kata Menko Luhut, sebaiknya dapat memberikan insentif kepada masyarakat melalui penanaman pohon-pohon yang bernilai ekonomi, baik itu pohon kayu maupun buah secara wanatani. Lanjut dia, melalui praktik agroforestri terdapat manfaat ganda berupa pemulihan lingkungan dan keberlanjutan ekonomi.
“Keberhasilan menanam 20 juta pohon akan bisa merehabilitasi dan merevitalisasi lahan kritis di luar kawasan hutan DAS Citarum, menjaga kelestarian sumber air sekaligus menyejahterakan masyarakat,” jelas Menko Luhut.
3. Atasi Sampah
Lagi-lagi, Menko Luhut menegaskan bahwa pengelolaan sampah haruslah terintegrasi dari hulu-hilir dan berkelanjutan. Menurutnya, semaksimal mungkin, pengelolaan sampah harus bisa memberikan manfaat sebagai sumber ekonomi baru.
Ia mencontohkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Cicukang Oxbow di Bandung. Menurutnya, standard penerapan konsep RDF (Refuse Derived Fuel) di TPST Cicukang Oxbow bagus karena bisa memproses satu ton sampah kurun waktu satu jam.
“Di TPST Cicukang Oxbow (Bandung) sudah mereka membuat RDF (Refuse Derived Fuel) itu kelihatannya berhasil. Dari sektor 7 mereka punya inovasi kerja sama dengan pusat, membuat proses sampah berstandard bagus, bisa 1 jam 1 ton,” tambah Menko Luhut.
Tahun 2023 dan 2024, kata Menko Luhut, Indonesia harus bersiap untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim. Prediksi BMKG, Indonesia akan mengalami musim kemarau yang semakin panjang dan kering sementara curah hujan akan lebih rendah. Pada bulan Agustus-September, prediksi BMKG, El-Nino akan mencapai puncak dengan intensitas lemah hingga moderat.
Terang Menko Luhut, kondisi tersebut berpotensi negatif pada ketersediaan air, produktivitas pertanian, dan ketahanan pangan. Jadi menurutnya, perlu langkah antisipatif seperti peringatan dini, pengumpulan air hujan, pengelolaan bendungan yang optimal, penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca, serta promosi pertanian tadah hujan dan sumur bor.
(RMN)