Yanti Manurung, Alumni SMA Unggul Del yang Punya Cita-Cita ‘Gila’

DELFMRADIO.CO.ID – Toba

Masa muda tak ayal menjadi kesempatan emas bagi siapa saja yang memanfaatkannya dengan baik. Lihat saja pengalaman Yanti Manurung yang melahap habis semua kesempatan demi mengembangkan talentanya.

Di usianya yang masih sangat muda, 26 tahun, Yanti Manurung sudah bercita-cita menjadikan Indonesia sebagai pusat neuroscience, kurun waktu 15-20 tahun mendatang.  Mimpi itu terdengar gila, tapi Yanti berhasil membuat Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan yakin dengannya.

“Saya kira cita-cita itu cukup realistis, mengingat anak muda satu ini mendapatkan anggaran riset bersama tim projectROOTS-nya dari pemerintah Amerika Serikat sebesar US$ 7,1 juta.” tulis Luhut di laman instagram miliknya (1/9/2023).

Baca juga | 20 Sekolah Terbaik di Indonesia Tahun 2022, Ada SMA Unggul Del

Neuroscience adalah ilmu yang mempelajari tentang hukum, undang-undang dan prinsip dasar dari otak. Menurut Yanti, bidang ilmu neuroscience terbilang masih sangat muda. Jadi Indonesia mampu dan punya banyak peluang untuk mengembangkannya.

“Saya berniat membawa peneliti-peneliti dari sini (AS) untuk berkontribusi bagi Indonesia. Bulan November ini saya akan pulang ke Toba dan membawa rekan-rekan peneliti membimbing langsung Tim Biologi di SMA Unggul Del sebagai proyek percontohan.” paparnya.

BIG5!

Sebagai informasi, perempuan berkacamata ini sedang menempuh pendidikan Doktoral Neuroscience di University of Illinois College of Medicine, Chicago, Amerika Serikat. Ia mendapat bimbingan langsung dari tiga orang professor di kampusnya karena nilai praktik bedah otak Yanti hasilnya terlampau tinggi.

Cinta Medis Sejak Usia 5 Tahun

Si pemilik cita-cita ‘gila’ ini adalah alumni SMA Unggul Del kelahiran Desa Sibuaea, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba. Secara ekslusif kepada Del FM, ia bercerita sejak usia 5 tahun, dirinya sudah sangat tergila-gila dengan dunia medis.

“Dari saya kecil saya sudah terobsesi dengan dunia kedokteran. Dulu saya ada koleksi infus, jarum, stetoskop. Pokoknya saya mengkoleksinya lengkap,” katanya antusias.

Bukan cuma peralatan, Yanti bahkan rutin menonton drama Korea (K-Drama) yang bertemakan medis setiap hari di jam 5 sore. Dan itu memicu kecintaannya kepada dunia medis, K-Drama hingga K-Pop sekaligus.

Untuk hobi itu, Yanti bahkan pernah menjual es lilin, lalu keuntungannya ia pakai untuk les Bahasa Inggris dan sebagian lagi untuk membeli merchandise K-Pop.

“Jadi orang tua dan abang-abang saya udah tau, kalau saya paling nggak bisa diganggu kalau udah nonton drama itu. Saya nggak tau kenapa, tapi memang dari kecil sudah sangat terobesesi dengan dunia medis dari K-Drama hingga K-Pop itu,” ujarnya.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini, mengaku belajar banyak tentang dunia kedokteran dari film. Dan ia bersyukur keluarga tak pernah memprotesnya atas kebiasaan itu.

Ia mendapat dukungan untuk mempertajam mimpinya meskipun kondisi ekonomi mereka pas-pasan. Keluarga, kata Yanti, selalu membangun komunikasi untuk menjembatani keadaan mereka dengan cita-citanya.

“Orang tua saya dulu sangat observatif, mereka memonitor segala perubahan meski nggak menyampaikannya. Bahkan saat saya pernah bermasalah dengan sosial interaksi dan komunikasi mereka memperhatikan hal itu. Jadi sebagai anak, pengenalan, perhatian dan dukungan orang tua sangat membantu saya hingga sekarang bisa seperti ini,” jelas dia.

Buahnya manis, tahun 2012, Yanti Manurung berhasil menyabet penghargaan Indonesia Young Scientist. Ia juga sudah menyelesaikan pendidikan Sarjananya di Swarthmore College, Pennsylvania sedang menempuh pendidikan doktoralnya.

Selain talenta pengetahuan, perempuan berdarah Batak ini juga memiliki hati yang penuh kasih dengan sesamanya. Alih-alih sukses sendiri, Yanti malah bertekad mencari anak-anak muda Indonesia lain, yang punya minat seperti dirinya agar mendapat bimbingan bersama. Ia pun siap mendukung anak muda Indonesia mendapat kesempatan seperti dirinya, yaitu meraih beasiswa dari Pemerintah Indonesia dan Luar Negeri sekaligus.

Merajut Mimpi Lewat SMA Unggul Del

Dari sekian banyak proses yang terlewati untuk mewujudkan mimpi, Yanti paling mensyukuri saat Tuhan mengijinkannya bersekolah di SMA Unggul Del. Menurutnya, dari sekolah favorit itu dia belajar cara berpikir dengan High Order Thinking Skill (HOTS) yang mengutamakan argumentasi dan mempertanyakan apa saja.

“Di SMA Unggul Del kita selalu bisa berargumentasi. Jadi selesai ujian, para siswa akan berderet di meja guru dan berargumen bahwa jawaban mereka benar. Jadi kita akan ‘perang’ dengan apa yang kita pahami, dan itu yang saya sukai. Dan konsep belajar itu juga yang kita terapkan selama di kampus ini,” katanya.

Yanti teringat, sebenarnya dia sempat memutuskan, tidak akan bersekolah di sekolah asrama seperti SMA Unggul Del. Keterbatasan ekonomi menjadi alasan, ia dan orang tuanya bersepakat untuk melanjutkan sekolah di SMA yang biayanya lebih murah.

“Jadi orang tua dan saya awalnya udah sepakat untuk tidak sekolah berasrama karena biayanya tergolong mahal. Kita sepakat agar saya sekolah di SMA yang lebih murah, tujuannya make sense, yaitu supaya bisa menabung untuk biaya kuliah saya di kedokteran yang juga mahal,” kenang dia.

Tapi Yanti mengaku melanggar kesepakatan itu ketika pihak SMA Unggul Del melakukan kegiatan promosi ke sekolahnya. Ia mengingat ada gejolak yang membuatnya tergerak untuk mengikuti seleksi masuk dan tentunya tanpa sepengetahuan orang tua.

“Jadi demi ikut tes, saya harus mengumpulkan uang jajan saya. Tapi ya rupanya, pengumuman (tahun 2012) itu kan tayang di koran, jadi ada tetangga yang datang ke orang tua saya untuk memastikan nama yang tertera pada peringkat 4 kala itu adalah nama saya. OMG! Dan orang tua saya cuma bingung dan bilang ‘ini anak’.” tukasnya lagi.

Alih-alih murka, orang tua Yanti justru meresponnya kegigihannya dengan baik. “Kamu udah ambil tesnya, kamu udah lulus. Ribuan orang mau kesana jadi sayang jika terbuang. Kita lihatlah rencana Tuhan nantinya, makan nggak makan, we’ll see,” ceritanya.

Namun ia berhasil membuktikan apa yang ia kejar. Yanti hanya membayar uang sekolah selama satu semester saja, selanjutnya ia berhasil mendapatkan beasiswa hingga studinya selesai.

Bangga Sama Yanti!

Melihat sepak terjang Yanti, Kepala SMA Unggul Del, Ariani Desianti Parawi turut bangga dengan anak didiknya itu. Menurutnya, siswa angkatan I SMA Unggul Del itu memang aktif terlibat dalam kegiatan riset.

“Dia itu anaknya terkenal ambisi belajar, sifat kritis, dan rasa penasarannya tinggi,”jelas Dessy.

Sampainya, sebagai salah satu siswa angkatan pertama, Yanti punya keinginan untuk memberikan kontribusi bagi Indonesia serta almamaternya,SMA Unggul Del. Dia membuka akses bagi siswa SMA Unggul Del untuk terkoneksi dengan banyak profesor dari universitas hebat seperti University of Illinois Chicago, Princetin University, Yale University, Case Western Reserve University, Swarthmore College, dan sebagainya.

“Saya bangga melihat semangatnya dalam membantu Indonesia. Meskipun saat ini dia tinggal dan bekerja di Luar Negeri, dia tetap menaruh hatinya untuk Indonesia.

Dessy berharap anak didiknya itu bisa segera menyelesaikan program Doktoralnya dengan baik. Menurutnya, Yanti adalah salah satu bukti, orang berasal dari kampung bisa berkiprah di kancah internasional, there’s no limit!

(RMN)

Leave a Comment.