Cerita Basarnas Toba Evakuasi Korban Dari Kedalaman 40 Meter

DELFMRADIO.co.id – Badan SAR Nasional (Basarnas) Pos SAR Danau Toba adalah lembaga yang paling dicari setiap kali ada kasus yang menimbulkan korban di perairan Danau Toba.

Terkait fakta itu, Komandan Regu Rescuer Pos Parapat Herlan S Albar lugas menerima kalau seharusnya masyarakat tidak menyukai keberadaan mereka.

“Seharusnya masyarakat itu nggak suka kalau kita (Basarnas) itu ada di suatu lokasi, karena setiap kita datang, di sana pasti karena ada orang yang berduka, ” kata Herlan.

Ekslusif kepada tim Del FM Radio, Herlan menceritakan bagaimana pengalamannya, selama kurang lebih setahun, bertugas di Basarnas Pos Sar Toba. Salah satu kejadian paling mustahil yang pernah dialaminya adalah mengangkat korban WRT (25) yang tenggelam di Pakkodian, Februari 2022 lalu.

“Menemukan korban adalah hal yang cukup mustahil, karena medan pencarian di Pakkodian itu sangat luas, tapi kemarin itu pencarian korban juga terbantu dengan alat deteksi bernama Aqua Eye.” terangnya.

Disebut Herlan, kala itu korban ditemukan meninggal dengan posisi berada di kedalaman hingga 40 meter di bawah permukaan Danau Toba. “Seorang yang terbiasa menyelam, pasti tau bagaimana kesulitannya berada di kedalaman itu,” sebut Herlan.

Di kedalaman itu, kata Herlan tekananannya airnya tentu sangat tinggi dan beresiko bagi penyelam. Bayangkan saja, Danau Toba itu berada di ketinggian 900 meter diatas permukaan laut, lalu korban harus di evakuasi 40 meter di bawah permukaan laut.

Herlan merinci bahwa perairan di Danau Toba seperti Pakkodian strukturnya tidak seperti pantai yang berangsur-angsur dalam. Tapi berbentuk cekungan batu yang di atas bisa dangkal tapi tiba-tiba bisa langsung dalam langsung.

Dari penelusuran Herlan dan tim, korban kemungkinan tidak menduga area dalam. Jadi ada kemungkinan korban lelah dan tidak punya tenaga lagi untuk mencapai darat hingga tenggelam.

Jelang penghujung tahun dan musim liburan ini, Herlan juga tegas mengimbau agar para wisatawan berhati-hati. Menurut Herlan, pada dasarnya perairan Danau Toba itu tidak berarus, jadi aman. Namun ia mengingatkan untuk waspada karena seperti dikatakannya bentuknya cekung jadi bisa tiba-tiba dalam.

BACA JUGA

Diduga Korsleting Listrik, RSUD Kabanjahe Terbakar

aplikasi delfm

Perenang Belum Tentu Penyelamat

Selain tenggelam karena berenang, korban meninggal juga pernah terjadi karena niat menolong. Naluri ingin menolong kerabat yang tenggelam justru berujung duka karena ikut menyeret calon penolong menjadi korban.

Herlan menjelaskan bahwa tidak semua perenang dibekali dengan kemampuan penyelamat. Jika tidak hati hati-hati, calon penolong bisa berubah jadi korban baru.

“Atlit pun katakan, kalau dia persiapan hanya mengetahui teknik berenang, namun tidak mengetahui teknik penyelamatan, maka akan berbahaya untuk si perenang tadi.” jelasnya.

Ia bercerita, pernah menangani kasus dimana si calon korban hampir tenggelam, lalu dilihat oleh kerabatnya. Karena merasa bisa berenang, calon penolong tersebut langsung mencoba menjangkau. Alhasil kedua korban tengggelam.

“Setelah dua korban itu tenggelam, dilihat lagi sama pamannya, ditolong lagi. Sampai 4 korban kejadian yg berunut seperti itu, pernah terjadi itu,” ceritanya.

Sebelum menjangkau langsung atau menghubungi Basarnas, ada baiknya pertolongan dilakukan dengan hal-hal sederhana. Seperti memberikan tali, kayu panjang, atau melempat pelampung kepada korban yg tenggelam.

Alat penyelamat seperti disebutkan itu harusnya sudah disediakan oleh pengelola wisata. Itu kenapa, Herlan juga berkata tegas agar pelaku bisnis tidak lalai menyediakan alat-alat penyelamatan seperti itu.

 “Namanya musibah, memang nggak bisa disalahkan, mungkin itu takdirkah atau apakah. Tapi sebenarnya ada mitigasi sebelum itu, persiapan sebelum kita menghadapi itu,” tukasnya.

Bagi para wisatawan, diimbau untuk tidak sepele. Kata Herlan, lebih baik menyediakan alat pelampung daripada beresiko, setidaknya jika tidak digunakan pastikan kalau pelampung itu berada di posisi yang tidak jauh atau berada dalam jangkauan perenang.

Pernah Trauma, Tapi Inilah Tanggung Jawab

Menolong korban yang seringkali sudah jadi jenazah tentu bukan hal yang mudah. Rasa kemanusiaan seringkali mencabik-cabik pikiran hingga menimbulkan trauma jika berada di situasi yang sama.

Hal itu tidak berlaku bagi Herlan. Ditanya mengenai perasaannya sering bersentuhan dengan jenazah, Herlan mengutarakan awalnya memang tidak tahan dan trauma, tapi ia berhasil mengatasinya karena meyakini hal itu adalah tanggung jawab baginya.

“Pertama kali bertugas, tentu ada rasa tidak tahan melihat jenazah dan menjadi trauma. Tapi hal tersebut harus diatasi dengan cepat, demi tugas dan tanggung jawab sebagai Basarnas,” sampainya di kanal YouTube delfm radio program Naposo Podcast.

Herlan bahkan pernah bertugas mengevakuasi korban jatuhnya pesawat Air Asia. Korban yang mereka evakuasi bahkan sudah terpotong dan tidak berbentuk manusia utuh lagi.

“Kejadian Air Asia ingat tidak? Yang sudah lama terpendam didalam laut. Kita bawa jenazah itu keluar, kita evakuasi, bentuknya sudah bukan fisik manusia normal lagi. Udah terpotong, udah apa segala macem. Ya itu memang harus kita hadapi.” ujarnya.

Menurutnya itulah panggilan jiwa yang sudah dia pilih. Dia berharap masyarakat selalu menerapkan kehati-hatian setiap kali memasuki suatu daerah apalagi itu bukan daerahnya.

Jika memang terdesak, Herlan dan tim yang siap siaga di Pos Sar Parapat bersiap untuk membantu di portal layanan darurat 115. Atau bisa juga menghubungi perangkat desa di sekitar kejadian untuk tindakan awal.

Meski tugasnya berbahaya, Herlan mengaku pernah juga mengalami cerita unik. Kala itu, ia dan tim menerima laporan orang hilang di perairan Porsea.

“Setelah terima laporan kita lakukan pencarian itu selama 7 hari,” terangnya.

Betapa kaget, setelah seminggu mencari ternyata korban yang dinyatakan hilang itu tengah melakukan healing ke rumah “simpanannya”. Sontak, Herlan dan tim kaget dan kecewa karena upaya mereka terbuang sia-sia.

“Makanya, sekarang kalau bisa hubungi aja dulu perangkat desa agar mereka jadi pihak yang akan bertanggung jawab kepada kita agar kasus-kasus demikian tidak terulang lagi,” senyumnya. (SAM/ RMN)

Leave a Comment.