Sejarah Balerong di Balige, Dulu Pusat Teater Sekarang Jadi Pasar

DELFMRADIO.CO.ID

Dulunya, Belanda membangun Balairung atau Balerong di Kecamatan Balige tujuannya adalah untuk menjadikannya sebagai pusat teater atau opera. Bangunan ikonik tersebut belum berfungsi sebagai pusat pasar seperti sekarang ini.

Tak heran, sekitar tahun tahun 1920 hingga 1960an, Balige sempat terkenal dengan pertunjukan opera-opera Batak legendaris. Namun sayangnya pertunjukan yang memadukan drama, tarian, musik dan vokal dalam satu panggung itu kini mulai punah.


BACA JUGA | Lirik Lagu Mauliate Hasian, Singel Baru Dari Gok Malau

Buku Silahisabungan (2001:1) menuliskan bahwa Balige adalah Desa Sabungan Kerajaan Batak yang dipimpin oleh Raja Tuan Sorba di Banua. Kata Balige pertama kali muncul dari perkataan orang Persia yang artinya Mahligai, istana, puri, atau tempat tinggal raja.

Untuk menghibur para raja, pada zaman itu muncullah ide untuk mendirikan sebuah bangunan bernama Balairung atau Balerong sebagai pusat opera yang letaknya berada di pusat Kabupaten. Buku Silahisabungan menuliskan, akhirnya Belanda membangun Balairung tepat pada tahun 1936.


BACA JUGA | Menyoal Bantuan Bencana, Presiden Jokowi: Sederhanakan Yang Namanya Aturan-Aturan!

Bangunan Balerong memiliki bentuk unik karena memiliki atap yang menyerupai enam deretan bangunan Sopo atau rumah tradisional  Batak Toba. Mengutip dari banyak sumber, hal itu menandai adanya enam orang arsitek bermarga Batak yang mengerjakan bagian atap berbentuk sopo tersebut.

Jika diperhatikan dengan saksama, corak dan pola ukiran pada tiap-tiap Sopo tidaklah sama persis. Hal itu karena pengerjaannya masih manual, mulai dari memotong besi, memotong kayu, pengukuran, dan hingga membuat lubang- lubang pada besi.

“Sehingga prosesnya agak lambat namun memiliki kualitas bangunan yang cukup tinggi,” begitu bunyi tulisan di buku sejarah batak,” tulis buku sejarah batak.

alih fungsi Balerong

Tahun 1942, sejarah mencatat, Belanda akhirnya angkat kaki dari Indonesia termasuklah dari Balige. Sejak itulah, Balerong mulai mengalami pengalihan fungsi dari tempat pertunjukan teater menjadi pasar.

Hal yang mendasarinya adalah keinginan raja-raja huta untuk menyatukan pasar di satu tempat saja. Pasar di Balige kerap disebut sebagai onan, yang artinya ‘ro sian on, ro sian an’ (datang dari sini dan datang dari sana). Jadilah on-an atau pasar, tempat terjadinya berbagai transaksi jual-beli.

“Sehingga dapat mempermudah masyarakat yang tinggal di sekitar maupun yang berasal dari luar Balige untuk melakukan transaksi jual beli,” tulis sebuah buku sejarah batak.

Balerong yang berada di Balige terpilih sebagai lokasi pusat pasar karena memiliki lokasi strategis yang berada di Jalur Lintas Sumatera (Jalinsum). Alhasil, peluang untuk membuka usaha baik produk atau jasa terbuka lebar.

Fungsi Balerong sebagai pusat pasar bertahan hingga kini. Masyarakat akhirnya membangun kios atau pun toko di sekitaran Balige hingga akhirnya terbentuklah suatu  area bisnis.

(RMN)

Comments.

  • Paul Lumbantobing

    Perkiraan saya mulai dibangun 1932-pertengahan 1935. Foto balerong yg sudah selesai sudah selesai di dokumentasi KITLV Belanda. Bangunan itu tdk mungkin selesai dalam setahun.

Leave a Comment.