Progres TSTH2 di Humbahas, Menko Luhut: Saya Cukup Takjub
DELFMRADIO.CO.ID
Akhir pekan lalu tepatnya Jumat, 12 Juli 2024, Menko Luhut melakukan kunjungan kerja ke TSTH2 yang berlokasi di Aek Nauli, Kabupaten Humbang Hasundutan. Menko Luhut melakukan peninjauan terhadap progres pembangunan TSTH2 yang sudah berjalan kurun waktu 3 tahun belakangan.
“Saya cukup takjub ketika digambarkan apa yang akan mereka lakukan kedepannya untuk merekayasa bibit menggunakan teknologi genomic/rekayasa genetika pada bibit tanaman di TSTH2 nantinya.” isi pernyataan Menko Luhut usai kunker.
Baca juga | Persatuan Marga Sibarani Bangun Tugu Setinggi 25 Meter di Laguboti
TSTH2 merupakan singkatan dari Taman Sains Teknologi Herbal dan Holtikultura yang berfungsi sebagai tempat penelitian untuk mendukung Food Estate. Sederhananya, TSTH2 akan menjadi tempat rekayasa bibit, dengan teknologi genomic atau rekayasa genetika.
“Kita ternyata tidak punya bibit-bibit yang baik lagi dalam jumlah yang cukup. Itu kenapa kita menginisiasi TSTH2 ini untuk membuat teknologi genomic/ rekayasa genetika untuk membuat bibit unggul.” sampainya.
Menurut penjelasan Luhut, rekayasa genetika akan diterapkan untuk tanaman holtikultura, seperti cabai, bawang, kentang dan lainnya. Hal itu mengingat Food Estate Humbahas terletak pada dataran tinggi, sehingga lebih cocok mengembangkan tanaman Holtikultura.
Menjawab keraguan soal pentingnya Food Estate hingga TSTH2, Luhut menyatakan bahwa dunia saat ini sedang menghadapi tantangan krisis pangan. Jadi, sahutnya, pemerintah perlu menjaga ketahanan pangan nasional tetap stabil agar kesejahteraan masyarakat juga membaik.
Seperti namanya, selain pengembangan bibit tanaman herbal, TSTH2 juga akan menjadi tempat untuk meneliti tanaman herbal yang memiliki banyak manfaat terutama bagi kesehatan tubuh. Seperti misalnya pucuk jambu yang konon katanya mampu mengobati diare.
“Jadi sekitar tapanuli ini saja banyak tanaman yang dari zaman kakek nenek kita bisa untuk kesehatan. Tapi itu perlu untuk kita teliti lebih lanjut, apa aja kandungannya, kalau memang oke, hasil penelitiannya bisa untuk kebutuhan lebih luas.
Respon Petani
Program Food Estate dan TSTH2 yang bergulir hampir tiga tahun belakangan menuai banyak respon, baik pro maupun kontra. Salah satu yang kontra menyebut bahwa proyek ini hanya untuk kepentingan sebagian kalangan dan merugikan para petani.
“Saat sela-sela kunjungan, saya juga berbincang dengan para petani yang bekerja di lahan Food Estate Humbang Hasudutan. Mereka berkata bahwa kondisi saat ini jauh lebih baik ketimbang sebelumnya.” jawab Luhut.
Tukasnya, selain sudah memiliki lahan, petani juga mendapat pendampingan termasuk dari para mahasiswa Institut Teknologi Del yang fokus mengerjakan program ini. Inilah manfaat dari pengembangan teknologi dalam bidang pertanian, yang menurut Luhut hasilnya mampu memberikan nilai tambah bagi komoditas Indonesia sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.
“Pengakuan para petani tersebut membuat saya senang. Karena Tapanuli yang dahulu termasuk salah satu wilayah miskin di Indonesia, kini pelan-pelan berubah ke arah yang lebih baik.” katanya menimpali lagi.
(RMN)