Nelayan Toba Keluhkan Murahnya Ikan Red Devil, Rp7 Per Kilo!

DELFMRADIO.CO.ID

Populasi ikan Red Devil di perairan Danau Toba tampaknya terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan jumlah tak berbanding lurus dengan penigkatan harga jual, akibatnya nelayan pun mulai kewalahan.

Nelayan Toba yang juga terkenal sebagai tiktokers, Boru Manurung, menjabarkan kondisi itu lewat tayangan Del FM Explore Bonapasogit di akun YouTube delfm radio. Ia menyebut perbedaan harga antara ikan Red Devil dan Mujair sangat signifikan, Rp7ribu banding Rp22 ribu.

“Jadi belakangan, kita udah lebih banyak dapat ikan Red Devil ketimbang Mujair. Tapi harganya inilah, agen cuma menampung dengan harga Rp7 ribu, padahal kalau Mujair itu Rp22 ribu. Jadi jauh sekali bedanya, makanya banyak nelayan yang udah mulai pensiun,” tukasnya.

Baca juga | Naik 10 Peringkat, Pariwisata Indonesia Tempati Rangking 22 Dunia

Sebelumnya, Boru Manurung mengatakan sudah menyampaikan permasalahan Red Devil ini dalam sebuah rapat bersama anggota DPR RI Martin Manurung. Solusinya kala itu adalah menyamaratakan harga Red Devil dengan harga Mujair.

“Namun kita masih menunggu realisasinya sampai sekarang. Karena kalau begitu, nelayan akan berbondong-bondong lagi untuk menangkap ikan, kalau gitu kan nanti populasinya juga cepat habis,” harapnya.

Boru Manurung kemudian menceritakan kebiasaannya menebar jala (red. Doton dalam bahasa Batak) ke perairan Sirungkungon, Kabupaten Toba, berada dekat dengan KJA milik Aqua Farm. Dengan menggunakan kapal kayu, ia membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit untuk sampai ke lokasi tebaran jala tersebut.

Baca juga | Resmikan Internet Starlink, Elon Musk Datang ke Indonesia

Perjuangan berangkat subuh pulang pagi, lalu berangkat siang pulang sore adalah rutinitas nelayan yang ia jalani. Katanya, setiap harinya sebagai nelayan itu rutin melakukan tebar jala pada waktu sore dan menarik jala pada waktu pagi.

“Sampai hari ini sebagain kecil lagi nelayan yang bertahan, pergi pagi balik sore. Makanya sebagai nelayan, kami meminta pemerintah agar menanggapi permasalahan Red Devil dengan baik bisa segera teratasi. Ya, harganya mesti dimahalkan,” ujarnya.

Red Devil Bisa Dimakan

Banyak yang tak menyangka bahwa ikan Red Devil dapat disantap layaknya ikan Mujair atau Ikan Mas. Namun menurut Boru Manurung, rasa ikan Red Devil tersebut pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan jenis ikan lainnya seperti Mujair maupun Ikan Mas.

“Kami sering mengolah ikan Red Devil, kami goreng, bakar, arsik juga. Kadang perasaanku itu lebih enak karena kalau ikan Mas durinya lebih banyak ketimbang Red Devil,” ujarnya.

Terkait kandungan gizinya, Boru Manurung menyerahkan hal tersebut kepada pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Karena sebagai penikmat, ia hanya bisa merasakan enak atau tidaknya saja.

Dalam video delfm radio, Boru Manurung mengolah ikan berwarna merah keemas-emasan itu dengan masakan khas Batak bernama Natinombur. Ia membakar ikan kemudian menikmatinya dengan sambal “Tombur” khas Batak.

Menurut Boru Manurung, ikan yang mendapat julukan ikan predator tersebut memiliki banyak jenis warna dan ukuran. Ada yang ukuran kecil namun tak sedikit yang berukuran besar sekitar 600 ons per ikannya.

“Jadi warnanya juga macam-macam, ada yang hitam belang, ada yang putih belang, bahkan ada yang hitam seperti mujair. Tapi kebanyakan memang merah kekuning-kuningan,” terangnya.

Pada akhirnya, ia mengajak masyarakat untuk tidak khawatir menyantap ikan yang sering jadi perbincangan itu. Jika minat konsumsinya tinggi, dengan begitu nelayan pun memiliki semangat untuk menangkapnya.

Ikan Predator

Ikan Red Devil mendapat julukan sebagai ikan predator karena termasuk spesies ikan berbahaya yang siap memangsa ikan-ikan lainnya. Apalagi jenis ikan ini tergolong cepat berkembang biak dan sanggup beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

“Kalau pengalaman kami, ikan itu memakan ikan mujair tapi mata dan insangnya aja, heran juga. Jadi satu ikan itu yang menyerangnya bisa ratusan ikan Red Devil, tapi lucunya yang dimakan cuma mata dan insangnya, badannya masih utuh. Tapi kan kalau udah hilang mata dan insangnya kita nggak mungkin jual lagi,” tukasnya.

(RMN)

Leave a Comment.