Indonesia akan Kembangkan Pusat Tanaman Obat dan Hortikultura Di Bawah Koordinasi Kemenkomarves
Menindak lanjuti kerja sama dalam bidang konservasi, penelitian, serta inovasi tanaman obat Indonesia yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, kemarin Jumat (11/09), telah dilakukan penandatanganan kerja sama oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Nani Hendiarti, dan Direktur Jenderal Pusat Kerja Sama Internasional, Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi (National Development and Reform Commission – NDRC) RRT, Huang Yong.
Penandatanganan kerja sama ini dilaksanakan sebagai rangkaian acara pertemuan bilateral antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok yang masing-masing dipimpin oleh Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut B.P Pandjaitan beserta dan Menteri Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi RRT, Ning Jizhe. Pada kesempatan ini kedua negara berdiskusi dan melaporkan perkembangan kegiatan kerja sama yang telah terlaksana dan kendala yang dihadapi untuk dicari solusi bersama.
“Penandatanganan kerja sama ini dilakukan untuk meningkatkan dan memperkuat kerja sama antara Indonesia dan China dalam bidang industri tanaman obat dan mempromosikan pembentukan bersama Pusat Konservasi, Penelitian dan Inovasi Tanaman Obat China-Indonesia. Tujuan dari pembentukan Herbal dan Horti Center ini adalah untuk mendorong peningkatan inovasi teknologi dan industrialisasi tanaman obat dan hortikultura Indonesia.” dijelaskan oleh Deputi Nani Hendiarti.
Fokus utama dari pengembangan Taman Sains dan Teknologi Herbal dan Horti (TSTH2) ini adalah pembangunan pusat riset dan rekayasa untuk tanaman herbal dan hortikultura. Pusat ini juga akan menjadi pusat penelitian dan sentra produksi bibit unggul untuk Food Estate di Sumatera Utara dan memiliki standard internasional untuk pengobatan pengembangan industri tanaman obat.
Akan ada beberapa unit pengolahan di TSTH2 ini seperti untuk teknologi paska panen, ekstraksi herbal, herbarium, dan lain-lain. Juga, akan dibangun laboratorium untuk pusat herbal dan hortikultura seperti pengujian in vitro, biologi molekuler, dll. Fasilitas laboratorium akan menggunakan teknologi terbaru (pertanian presisi dan nanotechnologies). Sedangkan rekomendasi jenis tanaman akan diseleksi berdasarkan pertimbangan agro-climate, status impor dan permintaan domestik serta ketersediaan bahan pangan tsb.
Melalui pencanangan Program Ketahanan Pangan Nasional, Presiden Joko Widodo mendorong daerah untuk dikembangkan sebagai kawasan khusus food estate. Kabupaten Humbang Hasundutan yang berada di Propinsi Sumatera Utara didukung dengan kondisi tanah vulkanik yang subur, cocok untuk dikembangkan sebagai Kawasan Bio-Ekonomi Khusus. Kawasan meliputi kawasan food estate, kebun raya dan TSTH2.
Dibawah koordinasi Menko Bidang Kemaritiman dan Inovasi, penyusunan Masterplan dan pengembangan Kawasan Bio-Ekonomi Khusus melibatkan beberapa instansi seperti Kabupaten Humbang Hasundutan, Kementerian Pertanian, KLHK, Kementerian ATR/BPN, Kementerian PUPR, BPPT, IT-Del, ITB dan USU.
“Kami mengamati bahwa dalam program ini, kita bisa bekerjasama antar petani lokal dengan investor untuk menanam komoditas yang dibutuhkan. Oleh karena itu, melalui kerja sama ini kami meminta dukungan pemerintah China untuk pengembangan pertanian skala besar melalui program alih teknologi dan investasi,” ujar Deputi Nani.
“Kami harap tenaga ahli kami dapat berkunjung dan melakukan pembahasan lebih dalam mengenai pengembangan tanaman obat serta teknologi yang nantinya akan kita gunakan. Dengan itu, kerja sama ini dapat berjalan serta mendapatkan dukungan yang baik dari pihak NDRC. Kami juga mengundang professor dan tenaga ahli Tiongkok untuk datang berkunjung ke Indonesia dan bersama-sama mensukseskan program kerja sama ini,” ujar Menko Luhut Binsar Pandjaitan.