Naiknya Harga Kelapa Bikin Pedagang di Kabupaten Toba Gigit Jari

top-news

Kenaikan harga kelapa membuat pedagang makanan berbahan santan gigit jari. Pasalnya, kenaikan harga membuat keuntungan pedagang semakin menipis.

Dampak kenaikan harga kelapa dialami langsung oleh salah satu pedagang Mie Gomak di Porsea, Nurlita.

"Dua hari lalu masih Rp10.000 per biji (butir), sekarang sudah Rp11.000. Enggak tau apakah akan naik lagi nanti saat pasar tumpah (onan) di hari Rabu di Porsea." Ungkap Nurlita, Sabtu (3/5/2025).

Nurlita mengatakan kesulitan akibat kenaikan harga kelapa bakal jadi masalah baru untuk pelaku usaha kuliner di Kabupaten Toba. Apalagi berbagai makanan khas Batak seperti Mie Gomak, Hare, Lappet,, Ayam Napinadar, Saksang, dan lainnya yang menggunakan kelapa sebagai bahan kunci yang tidak dapat di gantikan.

"Sebagai masyarakat saya bingung mau ngadu ke siapa. Untuk menanggulangi harga kelapa saya rasa sangat sulit, karena Kabupaten Toba bisa dikatakan untuk tanaman kelapa tidak cocok," ucapnya.

Selama ini, Nurlita mendapatkan stok kelapa dari Sibolga dan Nias. Ia mengungkapkan bahwa stok kelapa untuk kebutuhan daerah juga semakin berkurang akibat meningkatnya ekspor kelapa.

"Entah sampai kapan kondisi harga kelapa seperti ini. Jika terus berlanjut bisa terpuruk pedagang makanan berbahan santan kelapa," kata Nurlita.

Sade Siregar, pedagang kelapa lain di pasar tradisional Porsea juga menuturkan hal yang sama.. Ia mengatakan bahwa menurunnya pasokan kelapa dari daerah penghasil seperti Sibolga dan Niaslah yang menyebabkan kenaikan harga kelapa di Toba.

"Harus bagaimana lagi, dari sana harga kelapa sengaja dinaikkan karena kekurangan stok. Kita dengar harga kelapa disana dibeli per kilo bukan per biji dengan harga tinggi dan akan diekspor ke luar negeri," Tutur Sade.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *